Beranda | Artikel
Penghalang Ittiba (6) : Diamnya Para Ulama
Jumat, 30 Agustus 2013

Dengan diamnya para ulama dari menyebarkan kebenaran dan memperingatkan kebatilan, suara kebatilan menjadi tinggi, suara kebenaran menjadi lemah dan banyak orang menyangka bahwa orang-orang yang berada di atas kebatilan – karena banyak dan tersebarnya mereka – adalah orang-orang yang benar, dengan dalil muncul dan nampaknya mereka, karena jika tidak demikian tentu mereka tidak akan muncul dan nampak. Dan sebagai akibat darinya, pengikut kebenaran menjadi sedikit.

Oleh karena itu, nash-nash datang dengan membawa peringatan dari menyembunyikan ilmu dan tidak menyebarkannya. Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاَّعِنُونَ (159) إِلاَّ الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan bayyinah (penjelas) dan petunjuk yang Kami turunkan, setelah Kami jelaskan kepada manusia di dalam al-kitab, mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh Alah dan orang-orang yang melaknat. Kecuali orang-orang yang telah bertaubat, memperbaiki dan menjelaskan, maka Allah akan menerima taubat mereka dan Aku Maha menerima taubat dan Maha penyayang” (QS. Al-Baqarah: 159-160)

Asy-Syaukani di dalam menjelaskan ayat ini mengatakan, “Mereka (para ulama-pen) berselisih tentang yang dimaksud dengan orang-orang itu. Ada yang mengatakan, mereka adalah ulama-ulama yahudi dan pendeta-pendeta nasrani yang meninggalkan urusan Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Dan ada yang mengatakan, mereka adalah setiap orang yang menyembunyikan kebenaran dan tidak menjelaskan apa yang diwajibkan oleh Allah untuk dijelaskan. Inilah pendapat yang lebih kuat, karena yang dijadikan patokan adalah keumuman lafadznya bukan kekhususan sebabnya. Sebagaimana hal ini telah ditetapkan dalam ilmu ushul. Seandainya kita terima bahwa sebab turunnya ayat ini berkaitan dengan sikap orang-orang yahudi dan nasrani yang menyembunyikan ilmu, maka hal ini tidak bertentangan dengan cakupan ayat terhadap setiap orang yang menyembunyikan kebenaran. Dan di dalam ayat ini terdapat ancaman yang sangat keras, tidak bisa diukur besarnya. Karena barangsiapa yang dilaknat oleh Allah dan hamba-hambaNya yang bisa melaknat, berarti kecelakaan dan kerugiannya telah sampai kepada batas yang tidak bisa dijangkau dan diketahui hakikatnya.”1

Dan di dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلمٍ عَلِمَهُ ثُمَّ كَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِياَمَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ ))

Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang dia ketahui kemudian dia menyembunyikannya maka pada hari kiamat dia dikekang dengan tali kekang dari api2

Dalam riwayat Ibnu Majah,

مَا مِنْ رَجُلٍ يَحْفَظُ عِلْمًا فَيَكْتُمُهُ إِلاَّ أُتِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلْجَمًا بِلِجَامٍ مِنْ النَّارِ

Tidaklah seseorang menghafal suatu ilmu lalu dia menyembunyikannya, melainkan pada hari kiamat dia akan datang dalam keadaan dikekang dengan tali kekang dari neraka3

Catatan Kaki

1 Fathul Qadir (1/238).

2 At-Tirmidzi (5/29) no. 2649.

3 Ibnu Majah (1/96) no. 261, dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih Ibni Majah (1/49) no. 210.

Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.
Artikel Muslim.Or.Id

🔍 Hadist Tentang Memilih Jodoh, Sholat Lebih Baik Daripada Tidur, Pertanyaan Mengenai Agama Islam, Ketentuan Shalat Jamak Qasar


Artikel asli: https://muslim.or.id/17970-penghalang-ittiba-6-diamnya-para-ulama.html